Tumpek Landep

Tumpek Landep salah satu hari raya yang berdasarkan wuku, yang jatuh pada Saniscara Kliwon wuku Landep. Hari raya ini masih berkaitan dengan hari raya Saraswati atau hari turunnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diturunkan saat saraswati, pada tumbek landep ini kembali diasah sehingga dapat diimplementasikan secara nyata yang dipergunakan untuk jalan dharma. Dalam hal ini tumpek landep merupakan perayaan untuk mengasah ketajaman pikiran, mental serta spiritual kita.

Dalam lontar Sundarigama disebutkan Tumpek Landep merupakan pengastawan ring landeping idep. Pada rerahinan Tumpek Landep ini yang dipuja yaitu Tuhan dalam prabawa-Nya sebagai Hyang Siwa Pasupati. Secara etimologi, pasu artinya binatang (hewan) dan pati artinya menaklukkan. Jadi, Pasupati bisa diartikan Tuhan penakluk sifat-sifat kebinatangan.

Karena itu barang siapa yang dapat menaklukkan sifat-sifat kebinatangannya, ialah sesungguhnya yang dapat ''bertemu'' dengan Tuhan. Sepanjang sifat kebinatangannya masih merajalela, umat tak dapat menemukan kebahagiaan lahir-batin.

Dalam konteks Tumpek Landep, mengupacarai senjata yang merupakan simbolis dari manusia itu sendiri. Diupacarai untuk harapan supaya lebih tajam , Senjata yang diberikan Tuhan kepada umat manusia yaitu pikiran (main) merupakan senjata yang paling esensial. Pikiran itulah mesti terus ditajamkan,karena pikiran merupakan senjata yang luar biasa. Tetapi mesti disadari, senjata yang tajam itu bukan untuk menghancurkan, tetapi memberi kebahagiaan bagi semua makhluk. Karenanya, kemanusiaan seseorang bisa bermartabat, jika dapat mengabdi dengan ketajaman pikiran di bawah kendali-kendali kesucian Hyang Siwa Pasupati

Pada masa ini, di Bali setiap perayaan Tumpek Landep segala jenis kendaraan, senjata ataupun segala benda yang terbuat dari besi dilakukan upacara. Hal ini maksudnya adalah untuk memanusiakan semuanya. Tetapi, sebelum memanusiakan semua benda yang disebutkan itu, perlu juga dilakukan memanusiakan diri sendiri terlebih dahulu. Dalam Memanusiakan adalah dengan cara bhakti, kasih dan sayang kepada semua benda tersebut. Karena setiap gerak atau segala sesuatu yang kita kerjakan memiliki karma, yang merupakan suatu persembahan. Dan dari karma tersebut nantinya akan ada phala.

Related

Tradisi dan Budaya Bali 6120713272301240815

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Dengan memasukan alamat email dibawah ini, berarti anda akan dapat kiriman informasi menarik terbaru dari infoAJAE di inbox anda:

Delivered by FeedBurner

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item